44. [Mozaik Blog Competition 2014] Your Word Can Save Someone’s World

MBC logo

Event Mozaik Blog Competition sponsored by beon.co.id.

Gue gak nyangka kalau menulis di buku pink centil yang gue sebut ‘diary’ akan membawa gue sampai seperti sekarang.

Dulu waktu SD (dan sampai sekarang), diary adalah tempat gue melampiaskan emosi yang gak bisa gue tuang dalam tindakan, dan rasa yang gak berani gue ucapkan. Buat orang-orang yang gak ngerti chord nada kaya gue, ini menolong banget. Buat orang yang gak terlalu menikmati kanvas dan cat warna, tulisan jadi media favorit gue untuk berekspresi.

Suka nulis diary bikin gue jadi jago cerita. Ya kebayang kan soalnya di diary gue nulis cerita ada kejadian apa aja di sekolah, apa yang lagi seru, gosip anak SD terkini, info paling update mengenai gebetan dan gebetannya gebetan. Semua terekam di diary tanpa filter.

Suatu ketika ada pengumuman lomba mengarang, Sandra kecil memutuskan untuk ikut. Gue inget dulu gue juara 1 Lomba Mengarang di sekolah selama 3 tahun berturut-turut. Saingan gue anak-anak kelas 4, 5, dan 6 SD. Sayang sekali gue gak juara di tahun ke-4, soalnya mesti masuk SMP, haha.

Akhirnya masa itu berlalu, dari SMP gue naik tingkat ke SMA. Sedikit sekali kesempatan gue untuk mengembangkan kemampuan menulis gue. Sedikit atau karna gue tidak mencari sebenernya. Gue masih nulis diary sih waktu SMA, tapi gak ada yang baca, jadi gak ada yang ngasih kritik dan saran juga. Hmm, dan tugas makalah gak bisa dibilang sebagai media mengembangkan tulisan juga lah ya.

Lalu gue kuliah. Gue mulai sibuk dengan hal-hal baru yang gue temukan di ITB.

Lagi-lagi gue gak merawat kemampuan menulis gue. Gue gak masuk unit Boulevard, Majalah Ganesha, Pers Mahasiswa atau unit lain yang berhubungan dengan tulisan. Di Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL ITB) juga gue gak masuk departemen Media Komunikasi, yang salah satu tugasnya adalah menulis hal-hal yang terjadi didalam dan diluar himpunan.

Tapi semuanya berubah ketika gue kepo blog pembimbing Kerja Praktek gue di pertengahan 2012.

“Sandra, nanti kamu kalau ada apa-apa, tanya mas Wildan aja. Kamu udah kenal belum?”

“Mm belum, Bu.”

“Iya, dia jago kalo masalah begini. Nanti kenalan aja.”

Setelah kenalan, dan emang mas Wildan ini cerdas, gue jadi tau nama lengkapnya. Kalau udah tau nama lengkap, tebak gue ngapain? Ke Google dong wkwk. Gue kepo sama pembimbing KP gue ini, soalnya masih lumayan muda, alumni Biologi ITB awal 2000an. Angkatan segitu pasti udah kenal Facebook, Twitter, dll kan.

(Kalo lo googling orang trus dia gak ada dimanapun di media sosial, walau mukanya muda, kemungkinan besar dia udah angkatan tua. Teori ini lahir ketika gue kepo salah seorang karyawan di kantor gue sekarang #Ups. Muka masih muda tapi gak punya FB, Twitter, Linkedin, yah you name it.)

Eh mas Wildan punya blog, ya gue buka dong. Dan disanalah gue liat kalimat itu.

“What you say will evaporate, what you write will stay.”

Aduh gue keganggu banget sama tulisan ini. Malah tulisannya gede lagi diatas header blog.

Kenapa keganggu? Soalnya gue tau kalimat ini bener, dan gue belum melakukan apa-apa dengan tulisan.

Hebat nih, zona nyaman gue terusik. Thanks, mas Wildan! (Sampai sekarang mas Wildan gak tau tentang hal ini. Oiya dan beliau mau nikah minggu depan, selamat, Mas! Gue pengen dateng sih. Eh oke lanjuuut)

Sebenernya saat itu gue udah punya tumblr, dan gak gue telantarin juga, tapi gue belum serius nulis. Kayanya isinya kebanyakan hal-hal dudut deh. Nah, di siang hari itulah gue mengambil keputusan. Gue mau mulai.

Mau dibawa kemana hubungan kita… *backsound*

Gue mau mulai seriusssssss.

Emang ya dorongan hati itu gak akan kadaluarsa. Setelah bertahun-tahun gak ngapa-ngapain, eh sekarang waktu udah tahun terakhir kuliah, gue malah ‘terpanggil’ lagi untuk menulis.

Mungkin Sandra kecil 11 tahun yang lalu lebih peka sama suara hati ya. Tapi gue bersyukur siang itu gue gak tuli, dan akhirnya ketika gue denger, gue gak bandel. Terima kasih, suara yang ada dalam hati.

Sejak saat itu, gue bersyukur dari waktu ke waktu, ibarat grafik berat badan kalo di-regresi-in, dorongan gue untuk menulis selalu naik (eh gak amin deh grafik berat badan gue naik terus).

Dorongan untuk menulis gue semakin kuat ketika gue semakin menyadari apa dampak tulisan buat gue. Pernah gak sih lo punya pengalaman ditolong sama tulisan? Gue sering. Banyak yang bisa gue ceritain kalau  mau membahas tulisan some stranger di internet yang menolong gue, padahal penulisnya tinggal setengah bumi jaraknya dari gue. Gue sering merasa kalau dalam beberapa kesempatan, Tuhan menjawab doa gue lewat tulisan mereka.

Hebat ya. Tulisan, kumpulan kata, rangkaian kalimat, hal yang sangat simpel bisa dipakai warga Surga untuk menolong umat bumi. Dalam kasus gue, tulisan bisa menahan air mata jatuh dengan sia-sia, karna ada mahasiswi yang baru saja dikuatkan lewat tulisan berkuasa yang dia baca. Gue diselamatkan dari tindakan bodoh yang bisa saja gue lakukan.

Media tulisan ini powerful sekali ya, pikir gue.

“Kalau senjata biologis ini jatuh ke tangan orang yang salah, dunia bisa hancur.”

Sering gak sih denger kalimat diatas di film-film bernuansa pahlawan?

Sama halnya kalau tulisan dibuat oleh tangan-tangan baik dan datang dari hati yang baik, pasti seru banget dunia ini.

Selama beberapa waktu, gue menjadi orang yang menikmati dampak tulisan, sambil terus numblr. Gue seneng banget, gue subscribe penulis favorit gue, gue pantengin halaman blognya. Gue dapet, gue dapet, dan gue dapet.

Sampai akhirnya gue sadar gue lebih banyak menerima daripada memberi. Bukannya kita diberi lebih untuk memberi lebih ya? Sama kaya kalo gue gak bagi-bagi semua Cadbury yang gue dapet gratis dari kantor, gue bisa bengkak dan badan jadi gak sehat.

“Kalau gue tertolong sama tulisan mereka, tulisan gue juga bisa menolong orang gak sih?”

Tanya gue yang kaya lagi ngomong sama laptop malam itu, padahal sebenernya lagi ngomong sama diri sendiri.

There are 3 kinds of people in the world: those that watch things happen, those that make things happen, and those that say “what happened?”.

Akhirnya, setelah setahun numblr, gue pindah ke blog. Alasannya karna gue butuh space yang lebih nyaman buat nulis. Gue inget di tanggal cantik 08-08 tahun lalu, gue perdana bikin blog. Gue bikin blog gak nunggu tanggal cantik dulu sih, itu terjadi tanpa direncanakan. Tapi angka 0 dan 8 bagus juga ya, gak pernah terputus gitu garisnya.

Awalnya, gue gak berani publish tulisan gue di sosmed. Malu, rasanya. Gak ada yang suka, takutnya. Beberapa tulisan awal hanya gue simpan untuk diri gue sendiri. Tapi setelah beberapa waktu, gue jadi mikir ini kan gak sesuai dengan tujuan gue ngeblog. Gue bikin blog bukan sekedar mengekspresikan perasaan gue (karna ada diary yang lebih jago untuk fungsi itu), tapi gue pengen nolong orang lain diluar sana. Orang-orang diluar kamar kosan gue yang hobi main laptop dan kalau ada masalah larinya ke Google/sosmed.

(Soalnya gue ketemu tulisan-tulisan yang berjasa buat gue dari Google dan sosmed, guys, jadi mengenai ini gue paham banget.)

Seperti gue ditolong dengan cuma-cuma, gue juga mau menolong dengan cuma-cuma.

Akhirnya gue kumpulkan keberanian untuk publish blogpost gue di sosmed. Ada tulisan yang gue effort banget bikinnya, tapi sedikit dilihat orang. Haha gapapa. Berikutnya gue tau kalau tulisan itu menyentuh hati satu mahasiswa Indonesia di Filipina, dan dia mengaku dia baca tulisan itu sampai nangis. Wow. Tulisan, guys, bisa bikin nangis. Gue udah gak lagi bicara ke orangnya langsung, tapi bicara ke hatinya.

Sejak saat itu yang gue minta dalam doa untuk tulisan gue adalah “semoga gue menulis tulisan yang tepat untuk dibaca oleh orang yang tepat di waktu yang tepat”. Gak perlu banyak dibaca, tapi pembaca gak dapet apa-apa. Cukup beberapa orang tertentu yang memang membutuhkan tulisan itu, dan gue akan sangat senang kalau mereka tertolong karnanya.

Eh, lo kaget? Iya gue berdoa buat blog gue. Ngefek banget, gue percaya banyak kontribusi doa yang membawa tulisan gue menolong orang-orang tertentu. Doa gue menggerakkan jari mereka nge-klik tulisan gue.

Selain bikin nangis mahasiswa di Filipina, gue juga pernah bikin nangis temen di Jakarta lewat tulisan. Tangisan yang pecah karna membaca tulisan yang menegur, tapi tetap menguatkan.

Lewat tulisan, gue ketemu beberapa stranger baru lainnya yang berterimakasih karna tulisan gue, padahal mereka nyasar di blog gue. Dalam hati, gue tau mereka gak nyasar karna kebetulan.

“Keep writing yah”

“Kembangin blognya ya”

Nulis blog bikin gue merasa kaya. Bukan karna ada orang yang bersedia bayar untuk masang iklan di blog gue, tapi karna blog jadi media gue untuk memberi. Gue ketagihan! Ketagihan banget nolong orang. Ngasih itu nagih. Seneng banget rasanya ketika masalah hidup yang gue bahas di tulisan bukannya membuka aib sendiri, tapi malah menolong orang. Kata mas Wildan (lagi-lagi) yang gue lihat dari blognya barusan, ada hal yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan passion, yaitu ketika lo tau lo berguna buat orang lain.

There is a thin line between word and world.

Your word can save someone’s world.

Gue percaya banget tulisan adalah media yang kuat yang bisa mencapai tempat-tempat yang gak bisa dicapai fisik gue. Tulisan bisa berbicara pada orang-orang yang gak gue kenal, bahkan berbicara menembus tempat-tempat yang gak bisa gue lihat, hati dan pikiran manusia.

Oya pernah denger kisah tentang pencuri yang berbalik dari kejahatannya gak? Jadi ada pencuri yang tobat dari profesi jahatnya. NAH, gak sekedar bertobat dan gak mencuri lagi, tapi dia juga mengembalikan semua harta yang pernah dia curi. GAK CUMAN ITU, sisa hartanya dia bagikan ke orang-orang miskin. Ini nih kebaikan yang diakibatkan berlipat kali ganda guys!

Gue seneng banget waktu tau tulisan gue melahirkan tulisan-tulisan lain. Maksudnya adalah orang yang membaca tulisan gue jadi ikutan nulis! Syalala pengen nari bahagia, DJ mainkan musiknya.

Dari awal, ini emang tentang orang lain.

Terimakasih kepada Empunya Sang Waktu, yang membukakan pintu-pintu didepan gue, membawa gue langkah demi langkah, sehingga gue sampai ketahap ini.

Sampai sekarang, gue masih nge-blog, tapi gue punya mimpi buat masa depan. Gue pengen banget nulis buku. “At least 1 buku deh selama gue hidup”.

Gue gak tahu sih ini akan berakhir dimana. Tapi kalo gue terus ikutin kata hati gue, berdoa untuk setiap langkah yang gue ambil, pasti gue berakhir di tempat yang baik.

Gue tau, karna selama ini selalu begitu : )

as

Dari diary, lalu bikin blog, kemudian nulis buku, dan mungkin panggung TEDx, trus……..

Tagged , , ,

14 thoughts on “44. [Mozaik Blog Competition 2014] Your Word Can Save Someone’s World

  1. sandrosirait says:

    Keep writing great stuff tuwinnnn ><

    Liked by 1 person

  2. Clara says:

    Keren kaa, inspiring bangeet~
    Keep writing kaa 😀

    Liked by 1 person

  3. Wah, keren Dek…

    Semoga blog-mu semakin Tuhan pakai untuk kemuliaan-Nya yah…

    🙂

    Like

  4. baguuussss :))) ngefans deh ama looo

    Liked by 1 person

  5. vany says:

    Hallo, bisa minta email nya gak ya? Mau tanya2 soal gdp commonwealth nh. Thank you 🙂

    Like

  6. tulisan sandra selalu membuat inspirasi baru dan ketransfer kepada pembaca sehingga pembaca pengen punya tulisan juga soalnya ngebaca blog sandra kaya seru banget ngebagiin semuanya, selain itu membangkitkan semangat dan membuka pikiran lebih luas ttg hidup. keep writing!!

    Like

  7. Basar Daniel Jevri Tampubolon says:

    Tulisannya nggak bikin bosan. Thanks yah, mengingatkan untuk tetap menulis. Terus berbagi harapan dan inspirasi yah!

    Liked by 1 person

Leave a comment