106. What Mochtar Riady teaches me

Hari itu aku lagi di Karawaci, ngunjungin adek yang lagi kuliah disana. Mumpung disupirin sama dia, jadi deh aku minta dianterin ke Books & Beyond wkwk. Pas dikasir B&B waktu aku udah mau bayar buku “Changing The Conversation”, aku liat sesuatu yang menarik.

Ada buku “Manusia Ide: Mochtar Riady. Otobiografi.” dan cuma 50 ribu.

Yaudah aku gak mikir lagi langsung beli buku itu, tau gak kenapa? Pak Mochtar Riady ini the man behind Riady’s empire! Dia yang awalnya bikin Lippo Group sampai sekarang bisa sebesar itu punya kampus, rumah sakit, mall, dll. Aku penasaran banget gimana ceritanya pak MR ini bisa sampai kesana.

So I read chapter after chapter, achievement after achievement and gosh he really is a “Manusia Ide”, just like what the cover says. But I capture there’s a similar pattern in his early success.

Here’s what it is: Aku melihat beliau adalah orang yang sangat mengandalkan networking.

Ini beberapa contohnya:

PAK MOCHTAR CAN STUDY ABROAD BECAUSE OF SOMEONE THAT HE KNOWS

“Di Surabaya, saya punya kakek-paman bernama Li Ya Kim yang berpengaruh besar dan memiliki pergaulan luas. Beliau merekomendasikan saya kepada teman sekampung bernama Tan, seorang pengusaha terkenal di Shanghai. tiga hari kemudian, Pak Tan memperkenalkan saya kepada seseorang bernama Wu He Yun, berpangkat letnan jenderal, pejabat tinggi pada Departemen Pertahanan di kota Nanjing.

Ketika itu, saya mendambakan dapat diterima pada National Central University di Nanjing. Karena terburu-buru saat meninggalkan Indonesia, tidak ada dokumen pendukung yang saya bawa. Namun, berkat bantuan Letjen Wu, saya diberi kesempatan untuk ikut ujian tertulis dan lisan. Akhirnya, saya diterima di National Central University di Nanjing.” (hal. 14-15)

Can you see it? from pak Kim to pak Tan to pak Yun to Nanjing Univ!

Pak MR hidup di jaman penjajahan Jepang, mamanya meninggal saat dia berusia 9 tahun, dan papanya ditangkap tentara Jepang. Menurut aku untuk kuliah di luar tidaklah mudah dengan kondisi seperti itu, tapi pak MR bisa. Berkat bantuan seseorang yang dia kenal, dia bisa ikut ujian tertulis dan lisan. Dan orang yang dia kenal ini (Pak Yun) juga dikenalkan pak Tan yang diperkenalkan oleh pak Kim. How crazy ya, betapa kesempatan itu datang dari orang-orang yang kamu kenal.

Kesempatan datang dari orang-orang yang kamu kenal

HIS FIRST BUSINESS CAN BE SUCCESSFUL BECAUSE OF PEOPLE THAT HE KNOWS

“Beberapa waktu kemudian, hasilnya tidak seperti yang saya harapkan. Kapal angkatan perusahaan orang lain sibuk dan laris, sedangkan kapal saya tidak mendapat angkutan. Sekalipun sudah berusaha sekuat tenaga, tetap saja saya gagal mendapatkan pelanggan.

Saya lalu menghadap bapak Wang Ta Chun, suami mantan ibu guru saya. Saya mohon nasihat dan minta diperkenalkan kepada para pedagang jakarta yang berhubungan dengan pengusaha di pulau Sumatera. Beliau langsung memperkenalkan saya kepada bapak Kho Nai Chang, pengusaha karet dan kelapa terkemuka yang punya cabang di Tembilahan.

Saya beruntung bisa berkenalan dengan orang yang tepat. Pak Kho Nai Chang orang yang tulus dan murah hati membantu saya, mempersilakan saya menginap di kantor cabangnya di Tembilahan. Pemimpin cabangnya selalu mendampingi saya mengunjungi para pedagang di Tembilahan dan Rengat. Dengan demikian, saya mendapatkan banyak pelanggan dan usaha angkutan pun mulai berkembang.” (hal. 31)

Bisnis angkutan kapal Jawa-Sumatera bisa dikatakan bisnis pertama pak MR yang berhasil, yang membuat dia memiliki modal uang untuk memulai bisnis lainnya (walau sebelumnya selama 3 tahun pak MR pernah membantu bisnis toko mertua menjadi salah satu toko ternama di kota Semarang, tapi kan itu bisnis mertuanya hehe). Awalnya bisnis pak MR berjalan lambat, tapi karna percaya pada networking, pak MR minta dikenalkan dengan para pengusaha dan pedagang di pulau Sumatera, and the rest is history.

CITA-CITA PAK MR MENJADI BANKIR TERWUJUD KARNA IA MENGENAL ORANG YANG TEPAT

“Suatu hari, teman sekampung saya, Go Bun Yong, datang menemui saya dan memperkenalkan bapak Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran. Beliau adalah kakak kandung dari bapak Andi Jusuf, menteri perindustrian oaa waktu itu. Bapak Andi Gappa adalah bangsawan Makassar yang tulus dan jujur yang sedang menghadapi kendala dalam mengelola banknya. Kini, beliau bermaksud mencari partner untuk mengembangkan usaha bank tersebut.” (hal. 39)

Dan dari sana, akhirnya pak MR masuk ke dunia perbankan. Karna ada Bank Kemakmuran inilah yang menjadi garis start sehingga di kemudian hari pak MR bisa turut membangun BCA dan Panin Bank menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

Trus gimana pak MR yang sebelumnya gak pernah kerja di perbankan mengembangkan Bank Kemakmuran?

“Sebelumnya saya menggunakan logika, ‘dimulai dari yang mudah ke yang sulit, dari kecil ke besar, dari dekat ke jauh’. Untuk mengembangkan usaha, saya meminta para pemegang saha, dan para anggota direksi membuat daftar nama handai tolan dan sanak keluarga mereka. Selanjutnya, saya berusaha semaksimal mungkin mengajak mereka menjadi nasabah. Langkah kedua, setelah teman dan keluarga para komisaris dan direksi menjadi nasabah, kami mengupayakan agar para pelanggan dan sanak keluarga mereka juga mau membuka rekening di bank kami. Selanjutnya, kami selalu meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan demikian, dalam kurun waktu 2 tahun, Bank Kemakmuran sudah menjadi bank terkemuka di Jakarta.” (hal. 41)

Networking bertingkattt! Gils sih ini. Setelah mengerti tata pelaksanaan dan istilah-istilah dunia perbankan, pak MR mulai fokus mencari cara mengembangkan usahanya, dan langkah yang ia ambil gak jauh-jauh dari pola kesuksesan yang sudah berulang terjadi di hidupnya: NETWORKING! Sanak saudara dan teman dari para komisaris dijarah abis untuk jadi nasabah wkwk. Lalu setelah mereka semua jadi nasabah, sekarang giliran circle mereka yang diupayakan agar jadi nasabah. Gilllsss.

Lama setelah itu, pak MR mengundurkan diri dari Bank Kemakmuran karna tidak cocok dengan partner bisnisnya. Dan dalam perjalanan dia mencari bank lain, tentu kalian udah bisa nebak pak MR akan melakukan apa..

“Berikutnya, saya harus berusaha mencari partner yang berperilaku lebih baik dan sekaligus memiliki modal yang lebih kuat untuk bergabung membangun bank baru. Saya teringat mantan ibu guru SD saya, Ibu Yang Siu Lian. Ketika itu, beliau merupakan Ketua Perkumpulan Wanita Tionghoa Jakarta. Suami beliau, bapak Wang Ta Chun merupakan Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perantau Tionghoa di Indonesia. Pergaulan beliau sangat luas. Ia mengenal banyak tokoh masyarakat. Maka, untuk kesekian kalinya, saya meminta bantuan untuk diperkenalkan kepada tokoh yang pantas dan berminat di bidang usaha perbankan.” (hal. 42)

And the rest is history.. 🙂 Satu hal lain yang aku amazed dari cerita pak MR adalah…

GUYS DULU BELUM ADA INTERNET! Gak ada tuh Instagram, email, Facebook, anything you name it yang connect people kaya gitu.. Dan beliau hanya mengandalkan prinsip sederhana.. NET. WOR. KING.

“The richest people in the world looks for and build network, everyone else looks for work.” – Robert Kiyosaki

Kalau pak MR di jaman itu aja bisa membangun relasi, apa yang bisa menghalangi kita?

Singkat cerita, aku juga percaya bank contact yang benar, bisa mendatangkan kesempatan yang tepat, di waktu yang tepat. Makanya aku lumayan suka minta kartu nama orang. Dan yang juga suka aku lakukan adalah datang seminar/talk/event sendirian. Acaranya yang pasti berhubungan sama interest aku, dan itu gak jauh-jauh dari marketing, media, atau fashion hehe. Dan entah kenapa kalau datang sendirian itu lebih approachable aja, soalnya kalau udah asik sama temen sendiri, kaya ada barrier gitu untuk orang luar yang belum kita kenal menyapa dan ngajak kita ngobrol. Gatau deh aku nangkepnya gitu, mungkin karna aku orangnya pemalu or else.

Nah pas dateng event-event kaya gitu, aku bisa kenal sama A, B, C. Kaya misalkan kemarin pas dateng talk-nya Creative Morning Jakarta, aku kenalan sama Devina, konsultan di Endeavor Indonesia dan juga ngobrol-ngobrol sama Trivet, foundernya Proud Project (seneng karna dia bilang pertanyaan aku ke dia provoking haha).

Tapi yang baru-aru ini bikin exciting adalah pas kemarin aku dateng fashion show JFFF. Jadi temen aku Gladiola gak bisa nemenin (dan untungnya dia gak dateng hehe, sori Gladi!). Trus karna aku gak nemu yang bisa nemenin, jadilah aku dateng dari Jakarta Timur ke Gading sendirian, karna se-pengen itu aku dateng event ini.

Trus disana ngantri masuk karna gate belum open, yaudah aku mainin HP. Tiba-tiba ada bapak disamping aku nyapa, dan nanya apa aku kerja di bidang media, dll. Aku bingung “how can a man like him ada di acara ini?”, soalnya dia tidak terlihat seperti desainer (beda gitu tampilannya sama Ivan Gunawan, atau Bramanta Wijaya). Ngobrol-ngobrol, eh ternyata bapak ini fabric supplier. Wuhuuu fabric supplier, men. Aku emang belum akan bikin bisnis clothing sekarang, tapi gak ada salahnya punya kenalan supplier dari sekarang 🙂

Karna kita gak akan pernah tau apa yang bisa terjadi, aku minta kartu namanya, dan dari sana lanjut cerita. Seneng banget karna ternyata bapak ini udah 20 tahun jadi fabric supplier, and God knows berapa banyak kenalan dia yang desainer :”””) Dan dia juga ceritain aku banyak hal lainnya, karna dia udah ngerti banget industri fashion Indonesia (ya iyalah dia yang supply kainnya).

Ternyata bener ramalan aku.

Ramalan apa? Jadi aku bisa dateng JFFF ini karna dapet tiket giveaway dari @ATSthelabel, pas mereka mau ngasih giveaway, followersnya disuruh DM mereka, dan di DM aku ada mention “I’m pretty sure this moment will open other doors too..”

Dan aku benar 🙂

Jadi kesimpulannya, tips buat kamu:

  1. Networking, perluas pergaulan, berani ngajak ngomong orang lain duluan
  2. Dateng ke evenet-event terkait, karna biasanya yang dateng ke event itu punya interest yang sama kaya kamu
Tagged , , , , , ,

One thought on “106. What Mochtar Riady teaches me

  1. sandrosirait says:

    nice one.
    kabarin and ceritain summarynya kl dah kelar baca buku “Changing The Conversation”

    Cheers

    Like

Leave a comment